Sepenggal Kisah Dedikasi Para Pendamping Pasien Tuberkulosis di Karawang

Sebagian besar dari mereka adalah perempuan. Mereka adalah penyintas Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) yang tinggal di Karawang. Berkat pengalaman pribadi mereka, kini mereka menjadi pendamping pasien TB-RO yang disebut Patient Support (PS), bukan sekadar kader TB atau posyandu. Beberapa dari mereka bahkan memasak untuk pasien dan keluarganya, meskipun itu bukan bagian dari tugas mereka sebagai PS.

Kebanyakan dari mereka tidak memiliki pendapatan tetap, mirip dengan pasien TB-RO yang berjuang melawan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang kebal terhadap obat lini pertama. Pengobatan pasien dikombinasikan dengan obat lini kedua dan harus berlangsung antara 9–24 bulan, menyebabkan efek samping seperti mual, kesemutan, nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, ruam kulit, menggigil, dan lainnya. Dengan kondisi tersebut, dukungan psikologis dari PS dan keluarga menjadi sangat penting. Bahkan PS selalu mengaktifkan telepon genggamnya selama 24 jam, jika pasien membutuhkan motivasi. Tugas utama PS sebenarnya adalah mendata masyarakat yang menderita TB, mensosialisasikan hidup sehat dan bersih untuk mencegah TB, serta mengantar pasien ke puskesmas atau rumah sakit hingga mendapatkan pelayanan dan pengobatan terbaik.

Namun, jarak antara rumah pasien dan puskesmas atau rumah sakit banyak yang jauh, sehingga para PS harus mengantar obat ke pasien. Oleh karena itu, mereka membutuhkan kendaraan bermotor. Sering kali, mereka harus menunggu dokter dan menemani pasien menjalani berbagai tes laboratorium, yang berarti PS dan pasien membutuhkan air minum, makanan ringan, atau makan siang untuk menunggu proses pelayanan selesai. Kondisi keuangan PS sendiri di bawah standar pendapatan, hanya mendapatkan sekitar Rp2,000,000 per bulan (pendapatan yang diperoleh dari reward mengantarkan pasien), yang jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, terutama jika mereka juga harus menafkahi anak-anak tanpa dukungan finansial dari suami yang telah bercerai atau meninggal.

Meskipun begitu, PS bekerja tanpa pamrih, ikhlas, dan tanpa mengenal waktu. Kondisi keuangan pasien TB-RO tidak jauh berbeda, dengan rumah yang tidak layak: atap bocor, lembab, dan kotor. Mereka harus berpikir keras hanya untuk mendapatkan makanan, karena tidak bisa bekerja akibat sakit, dan beberapa di antara mereka memiliki orang tua yang sepuh. Para PS tidak mungkin mengabaikan hal ini begitu saja. Mereka tidak tega melihat kondisi pasien yang buruk. Secara sukarela, beberapa PS memasak makanan bernutrisi bagi pasien, seperti telur, ikan, ayam, atau daging sapi, karena mereka tahu bahwa nutrisi adalah faktor pendukung penting dalam penyembuhan TB-RO.

Para Patient Support tidak tinggal diam dan tidak ingin situasi ini terus berlarut-larut. Mereka menginformasikan kondisi ini kepada Staf Program dan berinisiatif mencari bantuan dari berbagai pihak. Bagaimana caranya? PS dan Staf Program bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat yang memiliki jaringan luas. Dinas Kesehatan sepakat untuk mencari bantuan. Mereka membuat proposal untuk 77 pasien TB-RO yang membutuhkan bantuan beras, susu, dan bahan makanan bernutrisi, dan terus mencari calon-calon pendonor.

Mari dukung para Patient Support (PS) yang luar biasa ini dalam perjuangan mereka. Mereka adalah pahlawan tak terlihat yang berdiri di garis depan, memberikan dukungan tanpa kenal lelah kepada pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO). Jadilah bagian dari cerita inspiratif ini. Bersama, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih baik dan lebih sehat.

Keranjang belanja

Tidak ada produk di keranjang.

Kembali ke toko

Penabulu Shop

Selamat datang di Penabulu Shop. Kami siap membantu semua kebutuhan Anda

Selamat datang, ada yang bisa Kami bantu?